Selasa, 17 Agustus 2010

Muara GUS MUS

MUARA » Catatan Kritis dan Analisis Aktual

Permainan Sepakbola
16 Juni 2010 17:02:26 | Share
Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri

Cobalah Anda pikir agak tenang tanpa mengikutsertakan kesenangan Anda sendiri, mungkin Anda pun -- seperti orang yang tidak senang atau tidak paham sepak bola -- merasa geli melihat 22 orang dewasa –-sebelas lawan sebelas-- berlari-lari memperebutkan dengan serius sebuah benda bundar.
Kecuali dua orang yang bertindak menjaga gawang yang tidak banyak berlari; cukup mempertahankan dan menangkap bola bila bola mengarah ke gawangnya. (Berbeda dengan yang lainnya, kedua orang ini tidak mutlak dilarang memegang bola). Anehnya bila bola sudah terebut, langsung --atau dibawa sebentar kemudian-- disepak lagi untuk diperebutkan kembali. Sering kali, meski sudah ada wasit lapangan dan wasit-wasit garis yang memimpin pertandingan, orang-orang dewasa yang memperebutkan bola itu sampai berantem. Bila karena terlalu sengit berebut bola lalu terjadi tabrakan antar pemain dan wasit sudah menentukan bola diberikan kepada pihak tertentu, pihak ini pun malah menendangnya kembali. Bayangkan bila perebutan 11 x 11 orang dewasa ini tanpa wasit yang memimpin atau wasitnya seperti kebanyakan wasit negeri ini.
Sampai suatu saat, bila ada salah seorang di antara 22 orang itu yang berhasil menendang dan memasukkan bola ke gawang lawan yang dijaga mati-matian oleh penjaganya, semua --kecuali pihak yang kemasukan dan pendukung-pendukungnya– pun bersorak-sorai gembira. Kemudian bola pun ditaruh di tengah lagi untuk diperebutkan kembali. Begitulah permainan yang betul-betul permainan ini berlangsung cukup lama, resminya 2 x 45 menit, kecuali bila ada perpanjangan waktu. (Di Pensylvania Amerika Serikat, malah pernah ada pertandingan –antara dua kesebelasan dari Muhlenberg College-- sampai 48 jam nonstop, tanpa pemain pengganti). Seperti setiap permainan yang lain, dalam sepak bola ini pun harus ada yang menang. Yang menang adalah yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan.

Sungguh absurd sebenarnya. Namun absurd tidak absurd, permainan sepak-menyepak bola yang konon cikal-bakalnya berasal dari permainan Tsu-chu Cina zaman dinasti Han, 3-4 abad sebelum Masehi itu adalah olah raga yang paling –atau setidaknya termasuk yang paling– digemari di dunia. Bahkan sejak distandardkan dengan pembentukan Football Association di Inggris tahun 1863 dan terbentuknya federasi sepak bola dunia (FIFA) tahun 1907, permainan ini bukan saja semakin meluas popularitasnya, perkembangannya pun terus semakin canggih. Bukan saja dari segi sistem dan teknik permainan, melainkan juga pengorganisasiannya terus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Apalagi setelah bisnis dan kemajuannya –sebagaimana dalam banyak permainan yang lain-- ikut campur dalam menentukan kehadiran dan perkembangannya.

Seperti biasa dan seperti pada banyak hal, negara-negara maju yang memiliki kelebihan di hampir semua segi kehidupan, peranannya sangat besar bahkan menentukan dalam membawa permainan itu ke derajat ‘terhormat’ dan digilai hampir semua lapisan masyarakat dunia seperti sekarang ini. Jangankan sepak bola, permainan yang berbahaya dan sangat tidak manusiawi pun --paling tidak menurut sebagian kalangan– seperti tinju, di tangan mereka, bisa menjadi olah raga yang dicandui; sudah tentu setelah menjadi tambang fulus bagi mereka.

Memang mereka –orang-orang di negeri maju– itu, barangkali karena kelebihan mereka di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ditambah disiplin dan keseriusan mereka, bagi kita di negeri berkembang ini bagaikan tukang sihir saja laiknya. Kebalikan dari kita yang menggarap hal-hal penting seperti main-main saja, mereka bahkan permainan bisa disulap menjadi hal yang sangat serius dan penting. Seperti sepak bola itu misalnya, dengan kelihaian mereka mengemas dan menawarkannya, dunia pun dibuat keranjingan terhadapnya sesuai kemauan mereka. Negara-negara penggandrung sepak bola yang mereka nilai kaya dengan potensi sumberdaya pemain, mereka pacu dan support. Permainan sederhana, amatiran, dan bisa dimainkan dimana saja -- dengan pemain berapa saja, dengan pakaian apa saja (bahkan tanpa pakaian sekalipun), dan dengan bola apa saja (dengan bola gombal sekalipun) – itu mereka profesionalkan dan bisniskan dengan cara yang amat canggih. Dan dengan dukungan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, permainan sepak bola pun akhirnya menjadi ‘agenda dunia’ yang penting dan sangat merampas perhatian.

Termasuk kita disini, dimana sepak bola –seperti hal-hal yang lain, hanya sibuk dibicarakan dan dipertengkarkan-- pertandingan sepak bola manca negara merupakan ‘acara wajib’ yang ikut mengatur irama dan gaya hidup kita. Pers dengan semangat patriotisme, berlomba-lomba memberitakan dan menayangkan setiap pertandingan. Ulasan dan analisis sepak bola yang ndaqik-ndaqik pun memenuhi media massa. Jadwal pertandingan dan kompetisi mereka --hingga yang bersifat lokal-- pun kita catat. Gol-gol terbaik dalam setiap pertandingan, kita bukukan. Nama-nama pemain klub-klub disana – apalagi yang menjadi bintang (umumnya pemain yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan, pemain yang paling pandai mempertahankan gawang, yang paling lihai membawa atau merebut bola)– kita hafal melebihi nama-nama para pemain klub-klub di tanah air sendiri. Siapa yang tak kenal Pele –konon dari rangkaian kata Portugis, Pe kependekan dari kaki dan le dari malas– alias Edison Arantes do Nascimento dari Brazil yang dijuluki Si Kaki emas dan sejak 7 September 1956 hingga 2 Oktober 1974 memasukkan bola 1216 gol? Siapa tidak kenal Libero Franz Beckenbauer dari Jerman Barat; Johan Cruyff dari Belanda; Diego Maradona dari Argentina; atau bomber Inter Milan asal Brazil, Ronaldo Luis Nazario. Bahkan banyak bayi lahir yang dinamai dengan nama-nama seperti Eka Maradona, Mohammad Maldini, Supele, Rosyat Baggio, dll.

Pendek kata, sepak bola sudah menjadi semacam virus yang membuat demam dunia. Lihatlah, betapa pers, termasuk di kita, sudah geger mempersiapkan diri menyambut World Cup 1998 yang masih akan digelar Juni-Juli mendatang. Rubrik-rubrik sudah diplot; pengulas-pengulas (di negeri ini pengulas sepak bola jauh lebih banyak dan lebih lihai katimbang pemain sepak bola) sudah mulai diincar atau dikontrak; tv-tv sudah mengiklankan jadwal-jadwal pertandingan; dsb. dst.

Itu semua tentu tidak lepas dari kelihaian para pencari materi (duit) yang tahu persis bagaimana memanfaatkan permainan yang menjadi kegemaran hampir semua orang itu. Mereka yang paling lihai, paling kreatif, dan paling serius, akan mendapat keuntungan paling banyak. Karena di zaman ini, sepak bola –sebagaimana banyak permainan yang lain– tidak hanya merupakan olah raga atau apalagi permainan pengisi waktu senggang. Sepak bola di zaman ini sudah pula berarti bisnis; gengsi; entertainment; dlsb.

Kecuali mereka yang memang tidak suka dan tidak paham sepak bola, kiranya tak ada lagi orang yang merasa geli melihat 22 orang dewasa berlari-lari berebut bola untuk ditendang kembali setelah berhasil merebutnya. Sedangkan melihat mereka yang membahas, mengkalkulasi, menyeminarkan, bahkan mendirikan sekolah untuk itu pun, rasanya tak ada yang merasa aneh dan geli.

Tapi itulah hidup. Hidup tak lebih dari permainan, seperti permainan sepak bola itu. Orang berlari-lari, berebut sesuatu yang sepele untuk kemudian dilepas dan dikejar-kejar lagi. Mereka yang mengejar dan berebut harta misalnya, setelah berhasil mendapatkannya, ada yang dilepas secara sukarela, ada terpaksa dilepaskannya. Demikian pula mereka yang mengejar dan berebut kursi atau kekuasaan.
Untuk merebut, kalau perlu menyikut, menendang, dan menginjak saudara sendiri. Yang gede menggunakan ke-gede-annya; yang mempunyai kepintaran menggunakan kepintarannya; yang kuat memanfaatkan kekuatannya; dan sebagainya dan seterusnya. Karena itu, sebagaimana dalam permainan sepak bola juga, aturan dan ketaatan terhadap aturan permainanlah yang paling menentukan enak atau tidaknya permainan itu dimainkan dan ditonton. Sebaliknya ke-tiadaan-aturan atau ketiadaan ketaatan terhadap aturan-lah yang membuat rusak permainan. Apalagi apabila penyelenggara dan pimpinan permainan sendiri sudah tidak mempunyai itikad untuk menegakkan aturannya.

Wallahu a’lam.

RUANG Gus mus

TUNAS » Kiprah Pemuda

Pengkaderan Tunas Muda NU Yang Mengkhawatirkan (Sebuah Usulan Untuk Muktamar NU)
16 Februari 2010 00:38:20 | Share

Muktamar NU yang akan berlangsung Maret 2010 sudah mulai meramaikan media massa. Sayangnya wacana yang beredar hanya sekitar persoalan kandidat ketua umum PBNU. Jarang yang mengangkat wacana seputar pengkaderan tunas muda NU yang semakin mengkhawatirkan.

Seputar pengkaderan NU, pernah timbul polemik antara di website resmi NU Online antara Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dengan Ketua Umum PB PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) M. Rodli Kaelani. Ketika membuka Kongres IPNU-IPPNU yang tengah berlangsung di Pesantren Al Hikmah Brebes, KH Hasyim Muzadi mengeluhkan peranan PMII yang melupakan pengkaderan NU di sektor mahasiswa karena terlalu aktif berpolitik di luar kampus dan bahkan sebagian aktivis PMII terpengaruh paham liberalisme agama. Hasyim menyarankan agar IPNU-IPPNU juga turut memperhatikan pengkaderan mahasiswa tanpa melupakan pengkaderan pelajar dan santri.

Rodli Kaelani pun membantah sinyalemen Hasyim bahwa PMII melupakan pengkaderan NU di sektor mahasiswa. Menurutnya PMII tidak pernah melupakan “raison d’etre”-nya sebagai organisasi mahasiswa sayap NU walaupun telah independen secara struktural dari NU.

Polemik di atas pun hanyalah bagaikan fenomena “gunung es” dari sekian banyak problematika di NU, ormas Islam terbesar di Indonesia dan dunia yang kini makin tidak “marketable” setelah outlet-outlet politiknya seperti PKB dan PKNU hancur lebur dalam Pemilu 2009.

NU kini tidak bisa lagi membanggakan “outlet” politiknya seperti PKB yang hanya meraih 4,9% suara. Namun, untuk kembali pada khittahnya sebagai pemilik “outlet” sosial-keagamaan-pendidikan, NU juga tidak percaya diri. Masyarakat dan pasar lebih mengenal Aa Gym, Ustadz Jeffry dan dai TV lainnya sebagai tokoh-tokoh yang punya “outlet” agama daripada tokoh-tokoh NU. Sementara itu “outlet” pendidikan NU seperti pesantren pun tidak lagi populer. Masyarakat lebih memilih antre mendaftarkan anaknya di sekolah-sekolah negeri, sekolah-sekolah internasional dan sekolah swasta favorit.

Ketika “outlet” dan “produk” politik yang dikeluarkan NU tidak diterima pasar (Baca: tidak laku dijual), mungkin ada baiknya kita melihat apakah para “sales”, “manajer” dan “desainer” yang selama ini merancang “produk”, menjaga “outlet” dan memasarkan “produk” politik keluaran NU sudah menjalankan kinerjanya dengan optimal ataukah memang para desainer, manajer dan sales itu tidak kompeten?

Tidak hanya di politik, banyak kader muda NU yang tidak kompeten di berbagai sector utamanya bisnis dan birokrasi.. NU –melalui IPNU dan PMII- harus bergerilya di sekolah, pesantren dan kampus untuk mencari “elit breeds” (bibit unggul) yang kompetem. Oleh karena itu, IPNU dan PMII harus benar-benar fokus dalam perannya sebagai ujung tombak pengkaderan NU.

Bila IPNU dan PMII berperan sebagai “talent scouting” (pencari bakat), maka IPNU dan PMII perlu sadar bahwa mereka harus fokus dalam target dan sasaran ketika merekrut para pelajar dan mahasiswa. Implementasi teknisnya, IPNU dan PMII perlu fokus dalam menyasar sekolah, pesantren dan kampus yang menjadi sasaran perekrutan anggota.


Road Map Pengkaderan IPNU-IPPNU dan PMII

Pertama, untuk merekrut anggota dari pesantren/madrasah, IPNU harus menentukan pesantren/madrasah yang potensial. Pengertian potensial di sini adalah ratio santri yang melanjutkan kuliah dengan keseluruhan santri. Bila pesantren/ madrasah tersebut ratio santri yang kuliahnya rendah maka pesantren/madrasah tersebut jelas bukan sasaran utama. Mengapa? Karena, bila santri tersebut tidak melanjutkan kuliah –karena keterbatasan finansial atau akademis- maka santri tersebut tidak bisa dikembangkan potensinya untuk menjadi kader karena selulus pesantren/madrasah ia akan lebih fokus mencari kerja atau berwirausaha.

Kedua, untuk merekrut anggota dari sekolah, IPNU juga harus menentukan sekolah yang potensial. SMA-SMA negeri di kota-kota besar haruslah menjadi target IPNU. Mengapa SMA negeri? Karena –lagi-lagi- ratio pelajar SMA negeri yang melanjutkan kuliah cukup tinggi dan bahkan lulusan SMA negeri mampu diterima di PTN favorit. Misalnya, para pelajar SMA 8 Jakarta bagaikan “naik kelas” saja di UI. Begitu pula dengan SMA 3 Bandung yang “naik kelas” di ITB dan SMA 1 Yogyakarta yang “naik kelas” di UGM.

Ketiga, IPNU dan PMII harus melakukan semacam “MoU” agar kader IPNU yang masuk perguruan tinggi dapat –dan harus- menjadi anggota PMII sebagai kelanjutan kaderisasi ke-NU-an. Bila ada kader IPNU yang “nyasar” di kampus dengan menjadi anggota organisasi ekstra non-PMII, maka para pengurus IPNU harus mengingatkannya. Namun, memang untuk kondisi kekinian mengingat status independensi PMII terhadap NU, maka sebaiknya perlu komitmen ulang dari PMII untuk tetap “on the right track” pada rel NU bahkan kalau perlu PMII kembali pada NU secara struktural dan kultural. Toh, atmosfer politik otoritarianisme Orde Baru yang melatarbelakangi independensi PMII dari NU sudah tidak ada lagi.

Keempat, PMII –sebagaimana IPNU- juga harus fokus pada kampus-kampus tertentu. Bila selama ini, PMII tumbuh subur di kampus-kampus agama seperti UIN, IAIN, STAIN dan STAI swasta, maka sudah saatnya PMII melakukan “ekspansi pasar” ke kampus-kampus umum terutama UI, ITB dan UGM mengingat tiga PTN inilah yang berhasil meraih peringkat dalam survey universitas terbaik sedunia versi Times Higher Education tahun 2008 dimana UI berada di rangking 287, ITB di urutan 315 dan UGM di rangking 316. PMII harus fokus dan mengerahkan segenap sumberdayanya “at all cost” untuk merekrut kader dari UI, ITB dan UGM dan PTN lainnya karena tidak bisa dipungkiri di tiga PTN tersebut berkumpul “elit breeds” yang akan mengisi sektor strategis di bisnis/swasta, pemerintahan/ birokrasi dan political & civil society. (alf)

Jumat, 18 Juni 2010

cerita memoriam dalban

Waduh seneng, mbien playon nang kebon budin (singkong) ne negara sing di garap nang eyange Dalban, Kala aku nyolong budin lan godonge sing lemu2 go ganjel weteng.
Eehh malah kewenangan,tapi mbanjur diwaraih carane nandur sing bener..
Iki carane..!!!
uwite di tugel dadi telu trus cepet2 di tandur..siji di niati nggo rakyate negara si tuan tanah,,
sijine nggo awake dewek sing nandur,
siji meneh go tangga teparo,dulur2 kantet sing lagi mbutuhna.

Wuuuft..kayaknya kita,masyarakat negara,dan pemerintah nya,telah banyak yang lupa akan ajaran faham marhenisme eyange Dalban..

Cerpen anak ndeso

Di pagi yang cerah,sambil memdang teh sepet,melintaslah si laila gadis desa yang lugu juga maniz itu berangkat sekolah,,.subhanalloh,,…………!!!
Terdengar dari bisik tatangga,laila sedang di lirik oleh si mardan pemuda kaya yang baru saja pulang dari perantauan nya di luar negri (pelayaran paling},,
Kata mereka siihh,sepulang sekolah laila yang pendiam dan selalu menunduk kala bertemu lelaki,tapi juga terlihat cerewet,dan ceria jika bareng sama teman2 perempuan se bayanya..
laila terlihat risih di saat si mardan berusaha ngajak ngobrol di tengah jalan.,mardan pun dengan gagahnya,memberikan bingkisan kardus(sepertinya ayam bakar) sambil berucap.
“ini sekedar titipan dari ibu ku,buat umi mu,dan ini buat kamu,sekedar buat jajan,beli es lilin”..
whhaaoowww,,lima lembar uang seratus ribuan,ktanya untuk beli es,.kapan habisnya..

setelah kejadian itu,,kabar si mardan pemuda kaya pun bagai boom Molotov..
gadis desa yang lain makin mengidam2kan isi dompet si mardan..
disinilah kompetisi cw2 di mulai,,.
Dan ku lihat ada wajah yang menor bodi seksy,pakaian lumayan sopan,,,uuuiiihhh gila beneerr,..”(si laila yg lugu saja di kasih ratusan ribu…apa lagi yang ini ...)”..
Dia menghampiri si mardan yang sedang ngopi2 bareng di teras rumah nya,,
Dengan serta merta mereka sedikit bengong,dg senyuman yang menggelitik..
Mardan pun menyapa dg nada menggoda… “hay,,mau kemana,,kok tumben”
Dia pun menjawab dg nda halus..”daleeem,,enggih niki..mau jalan2 mass” sambil melirik dg matanya yang menggoda..
Dengan sepontan si mardan mengambil uang di dompetnya yang tebal,,
dan menjulurkan uang..”nih sekedar buat belanja di indomaret”
Dia menjawab rada sinis,,”masa segini mas.kurang,tambah lagi doong.”
Teman mardan pun menimpali pertanyaan..”bejo bejo…emange kerokan jenggot berapa,,tiga ribu cukup kan”…
Mardan berkata sambil tertawa..:”jenggot karo kumise di kerok disit joo,,ngko nembe dadi banci..”
Hehehe,,.si Dia adalah si bejo,jadi banci tanpa modal..

Cerpen Wanyad

Kegilaan temanku yang satu ini memang tak patut terjamah oleh pikiran.dia suka banget ngupil di tempat umum,tapi membuat aku PD ne the polll,krena aku jadi merasa paling ganteng ketika bersamanya,,kgkgkg,,.
Kemaren saat kita duduk bareng di pertelon,dia sedikit curhat tentang keluh kesah hatinya,,
‘Aku ingin berjuang untuk agamaku,karena puncak dari manusia beragama adalah perjuangan”ucap dia dengan penuh semangat penghayatan dan keyakinan.,membuat
aku malu sekligus salut,pada teman ku itu.
Bergegas aku pun bertanya,karena aku sangat antusias pada apa yang ia katakn.
”trus apa yang harus kita lakukan?”
Jawabnya dg nada lirih,,“Ahhh tapi beginilah keadaanku,mungkin hanya untuk mimpi saja….
Sudah punya himmah yang baik pun aku sudah bombong dan mensyukurinya”,ucapnya dengan wjah pesimis,

Aku pun terus ingin bertanya lagi “Emang nya obsesi kamu ingin jadi apa…??? Kan katanya “ada obsesi,ada jalan”..

Temanku pun menjwab seakan tanpa ada ragu,‘Aku ingin jadi anggota anshor atau banser,tuk bentuk perjuangan ku lewat organisasi itu’,
Tapi mengapa coba,,,,,ustadku yang sering kasih solusi pun seperti tak menytujuinya,apa lagi kang rosim tukang nderes yang berbadan kekar itu,aku malah di ejek se maunya,,,.
Mereka harus bagaimana atau,aku yang hrus bagai mana??

Emang ide-ida temanku itu memang gila tapi brilian,,walaupun mimpi manjadi anggota anshor atau banser itu sah sah saja,tapi tetap temanku itu uuwwedan tenan..
Setelah beberapa hari aku mampir kerumahnya,disitu ada temanku tadi sedang duduk di samping ibunya,..aku pun duduk di teras sambil nguping percakapan mereka..

Tanya teman ku pada ibunya..
“bu,,aku minta doa dan restunya,,aku besok mau jadi anggota anshor atau banser,agar aku bisa meneruskan perjuangan bapa…

Ibunya pun sepontan menjawab dengan suara nya yang serak-serak cemether,,.
Ooowwalah,,,..jo nyleneh thoo..
Kamu kan putri ibu satu satunya,,ikut fatayat ato muslimat ae yho nduuu’ ndu’…
ben koyo' ibuk iki lhoo...

lho..!!


Catatan Wanyad..

Kamis, 17 Juni 2010

istilah tawakal

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah:
1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal.
Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)
2. Ibnu Qoyim al-Jauzi
“Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)

Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.
Salafus saleh lainnya, Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga mengemukakan bahwa ‘ilmu merupakan jalan menuju penghambaan kepada Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju kewara’an (sifat menjauhkan diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan mmenuju pada kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju pada ketawakalan. (Al-Jauzi, tt : 336)
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal.

Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah:
1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal.
Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)
2. Ibnu Qoyim al-Jauzi
“Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)

Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.
Salafus saleh lainnya, Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga mengemukakan bahwa ‘ilmu merupakan jalan menuju penghambaan kepada Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju kewara’an (sifat menjauhkan diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan mmenuju pada kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju pada ketawakalan. (Al-Jauzi, tt : 336)
Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal.

Derajat Tawakal
Tawakal merupakan gabungan berbagai unsur yang menjadi satu, dimana tawakal tidak dapat terealisasikan tanpa adanya unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur ini juga merupakan derajat dari tawakal itu sendiri:
1. (معرفة بالرب وصفاته)
Derajat pertama dari tawakal adalah : Ma’rifat kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya minimal meliputi tentang kekuasaan-Nya keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, keluasan kekayaan-Nya, bahwa segala urusan akan kembali pada-Nya, dan segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya, dsb.
2. (إثبات في الأسباب والمسببات)
Derajat tawakal yang kedua adalah : Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha. Karena siapa yang menafikan keharusan adanya usaha, maka tawakalnya tidak benar sama sekali. Seperti seseorang yang ingin pergi haji, kemudian dia hanya duduk di rumahnya, maka sampai kapanpun ia tidak akan pernah sampai ke Mekah. Namun hendaknya ia memulai dengan menabung, kemudian pergi kesana denan kendaraan yang dapat menyampaikannya ke tujuannya tersebut.
3. (رسوخ القلب في مقام توحيد التوكل)
Derajat Tawakal yang ketiga adalah : Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakali, yaitu Allah SWT. Karena tawakal memang harus disertai dengan keyakinan akan ketauhidan Allah. Jika hati memiliki ikatan kesyirikan-kesyirikan dengan sesuatu selain Allah, maka batallah ketawakalannya.
4. (اعتماد القلب على الله، واستناده إليه، وسكونه إليه)
Derajat tawakal yang keempat adalah : Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah SWT, dan menjadikan situasi bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya. Hal ini seperti kondisi seorang bayi, yang hanya bisa tenang dan tentram bila berada di susuan ibunya. Demikian juga seorang hamba yang bertawakal, dia hanya akan bisa tenang dan tentram jika berada di ‘susuan’ Allah SWT.
5. (حسن الظن بالله عز وجل)
Derajat tawakal yang kelimana adalah : Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah SWT. Karena tidak mungkin seseorang bertawakal terhadap sesuatu yang dia bersu’udzan kepadanya. Tawakal hanya dapat dilakukan terhadap sesuatu yang dihusndzani dan yang diharapkannya.
6. (استسلام القلب له)
Derajat Tawakal yang keeman adalah : Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah SWT. Karena orang yang bertawakal harus sepenuh hatinya menyerahkan segala sesuatu terhadap yang ditawakali. Tawakal tidak akan mungkin terjadi, jika tidak dengan sepenuh hati memasrahkan hatinya kepada Allah.
7. (التفويض)
Derajat tawakal yang ketujuh yaitu : Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu hanya kepada Allah SWT. Dan hal inilah yang merupakan hakekat dari tawakal. Allah SWT berfirman: (QS. 40 : 44)
وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan
hamba-hamba-Nya".
Seorang hamba yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, maka ia tidak akan berbuat melainkan dengan perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena dia yakin, bahwa Allah tidak akan menetapkan sesuatu kecuali yang terbaik bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat.

Senin, 07 Juni 2010

nura khabita

nura khabita 

 

Kesempurnaan terindah dalam hidup ini adalah kesempurnaan bertauhid.

Muhammad, Muhammad, Muhammad, ringan deritaku bila ingat deritamu. . . Sholluu 'alaih. . .

Hidupnya kaya, tapi tak semestinya. . NGERI. . . Hanya Allah yang Tahu, kemana dahulu stelah dia mati sblum benar2 kembali. . . Wajiblah kita peduli pd kematian kita sendiri. . . .

meski byk pahit tp jika ridlo pun berubah manis. .

Keblinger temenan... Aku berlindung dr yang demikian hanya padaMu.. DUH GUSTI.. jamane jaman markup..

Siapayang tahu dirinya sendiri maka dia tahu Tuhannya. Orang yg tahu Tuhan pasti tidak akan merusak bumi. Nah, kalau org sekarg byk yg mbuat krusakan dbumi,berarti byk orang yg tak tahu diri... Berarti jaman moderen adalah jaman orang2 tak tahu diri. . . .

Apa kabar hatikuh hatimuh? Masihkah ia tawadhu sejuk sebening embun dipucuk daun?? Apa kabar nafsumu? Sudahkah ia terkendali oleh imanmu pada Maha Satu,,

Rasakanlah dikeheningan betapa sejuk terdengar..Tetesan bening mata air abadi di tepian telaga surga dalam hati..

 

embun sirih..

 nura khabita 

 Jangan kau hinakan aku dengan kesombongan dalam ketaatan... juga dalam ma'siyat yang taak kunjung dipertaubatkan... bagaimana aku menghadapMU dalam keadaan seperti itu?? sedang KAU adalah YANG MAHA SUCI

Semakin dekat dgMu, semakin jauh... >>Jauh mengenalMu...

Antara iman,mengimani,dan keimanan. . . Yakin,meyakini,dan keyakinan?

Terkadang aku berselancar diatasnya... Namun kadang juga terpelanting dan dimakan oleh buasnya ombak yang deburnya menggetarkan selaput jantungku...

Ohhh indahnya malming. Menceburkan diri dlm samudera ekstase yg tenang namun penuh gejolak...

Duhai Rahasiaku yang tak pernah terjamah oleh kedua bola mataku... Duhai Penggenggam hatiku.. Aku disini menanti saat perjumpaan megah dgMu.. Dalam samudra tanpa batas ketenangan yg penuh gelombang mahabbahmu... Hijab kehinaan ini sungguh tlah melekat, sucikanlah..

Kita harus menjadi Tuan bukan Budak kehidupan kita, Namun kehidupan kita juga tak ada tanpa Hidup yg diberi oleh Yang Maha Hidup... Lalu Apa yang kita miliki? Sungguh tidak ada...

dunia itu indah dan akherat itu kekal, dmikian kata2 manusia yg berpangkal pd hawa nafsu.. Begitu yg aku dapat dari ngaji di hari minggu yg lalu

percaya adanya Allah.... lebih mudah dari mempercayai dengan sepenuh hati beserta segenap kepasrahan jiwa atas kebesaran,kekuasaan,ketetapan,dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa...

Berjalan menuju keharibaan ALLAH sungguh terasa amat berat.. Tapi Tidak jika Dia telah menghendaki.. DIA akan menberi petunjuk,dan tidak pula menyia2kan iman kita.. Dia Maha Pengasih lg Maha Penyayang

ora kon ngecet langit sing biru dadi putih, tapi kon dadi hambane Gusti Allah. . . .

Yang penting kamu harus ngerti antara gaya hidup dan paham ttg hidup, begitu kata beliau.

Ya Allah, Kau Maha Mengetahui siapa diantara kami yg benar2 berislam dan beriman... Jadikan kami orang2 yg teguh padaMu dalam pelarian kami padaMu atas fitnah yang Kau ujikan pada kami, karna kami yakin Englaulah sebenar2nya tmpt kembali..

Sejarah yang terlalu byk warna membuatku bingung untuk menguraikannya.. Akhirnya, ku sebut saja ; SEJARAH TANPA WARNA

Dawuhipun Si Mbah Kakung: dadia wong sing gelem ngaji, sholat, makaryo, bekti wong tuwa, pola hdup sderhana, lan akeh syukure..

Birunya langit,hijaunya dedaunan,putihnya awan,beningnya air, cukup menghiburku,,

Kalau ada yg memuji itu datang dari Allah, sedang yg dipuji juga ciptaan Allah, Allah memang Paling berhak memuji diriNya sendiri..

Gagalnya keimanan terhadap Nabi dan Rasul,maka terputuslah Rahmat Ridlo dan Syafaat Allah... Dan hal itu adlh kecelakaan besar yang tak tertolongkan..... Na'udzubillah.

masih banyak langkah harus dijalani.... mestinya tak perlu hiraukan hal2 yang semu...

Siapa saja yg meminta pada Allah untk djadikan orang sabar, pasti Dia mendatangkan pada mereka ujian ujian... :)

 

nura khabita

 

 

Minggu, 09 Mei 2010

Kajian ihwan santri

Definisi

Dalam KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata patuh’secara etimologi berarti taat, setia, saleh dan penurut. Artinya hamba saleh ialah hamba yang melakukan segala perintah Tuhan dan menjahui larangan-larangan-Nya.Sementara takwa merupakan motivator dari taat,sebab secara bahasa memiliki arti keinsyafan melaksanakan perintah Allah dan menjahui segala laranganya. Adapun hormat’dalam prespekif KBBI ialah perbuatan yang mencerminkan menghargai lebih terhadap seseorang. Taat ataupun hormat bukan hanya terkait hubunagan secara vertikal namun juga horizontal. Benang merah antara kedua kata di atas, patuh atau sopan merupakan salah satu karakteristk insan saleh, bahkan ciri paling prinsipil,sehingga santri misalnya, yang sering bertindak semaunya sendiri dan melakukan pelanggaran-pelanggaran tidak laik disebut sebagai santri saleh.

Taraf Etika lebih dikedepankan dari pada ketaatan, demikian menurut pendapat para ulama. Seorang murid atau santri alangkah baiknya menolak mana kala, guru atau kiai mengajak makan bersama dalam satu wadah, mungkin ini di antara aplikasi dari makalah ulama di atas. Statemen tersebut memberi indikasi kepatuhan bukanlah hal mutlak yang harus dilakoni oleh seorang santri atau bawahan terhadap atasanya.Ada bendera di atas ketaatan yang harus lebih diprioritaskan, yaitu etika atau penghormatan
>Perintis aliran ahli sunnah wal jamaah, Imam al-Asy’ari dalam pejalanan hidupnya, selama empat puluh tahun mengikuti dan taat terhadap ajaran gurunya al-Jubba’i. Namun perbedaan pendapat yang berlangsung hanya sebentar, mengubah keyakinanya dan berakhir pada pembelotan terhadap ajaran gurunya sendiri.

Al-Asy’ari: “Bagaimana kadudukan ketiga orang berikut; mukmin, kafir, dan anak kecil di akhirat?
Al-Jubba’i: “Yang mukmin mendapat tingkat baik dalam surga, yang kafir masuk neraka, dan yang kecil terlepas dari bahaya neraka.”
Al-Asya’ari: “Kalau anak kecil memperoleh tempat yang lebih tinggi di surga, mungkinkah itu?”
Al-Jubba’i: “Tidak, yang mungkin mendapat tempat yang baik itu, karena kepatuhanya kepada Tuhan, yang kecil belum mempunyai kepatuhan yang serupa itu.”
Al-Asy’ari: “Kalau anak itu mengatakan kepada Tuhan: “Itu bukanlah salahku, sekiranya engkau bolehkan aku terus hidup aku akan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik seperti yang dilakukan orng mukmin itu.”
Al-Jubba’i: “Allah akan menjawab : “Aku tahu bahwa jika engkau terus hidup engkau akan berbuat dosa dan oleh karena itu akan kena hukum. Maka untuk kepentinganmu aku cabut nyawamu sebelum engkau sampai pada umur tanggung jawab”
Al- Asy’ari: “Sekiranya yang kafir mengatakan: ”Engkau ketahui masa depanku sebagaimana ketahui masa depannya. Apa sebab engkau tidak jaga kepentinganku?”
Di sini al-Jubba’i terpaksa diam. Akhir cerita, Imam Abu Hasan al-Asy’ari keluar dari aliran gurunya membentuk kelompok teologi bernama “Ahli Sunnah Wal Jamaah. Meskipun demikian apakah lantas beliau tidak lagi hormat pada gurunya?. Bagaimanapun al-Asy’ari masih tetap menjunjung tinggi posisi al-Jubba’i sebagai orang yang berjasa mendidik dan membantu beliau menemukan keyakinan yang dianggap benar.
Kalau ketaatan merupakan sesuatu yang dapat ditawar, di sisi lain, hormat merupakan perbuatan yang esensial, dengan alasan apapun seorang anak harus hormat kepada kedua orang tua, santri wajib andap ashor pada kiai. Pola pikir berbeda atau keyakinan yang dianggap benar, mungkin dapat menjadi alasan keluar dari kepatuhan, atau ketaatan terhadap orang tua boleh dilanggar demi mematuhi perintah Tuhan “La tha’ata li makhluqin fi ma’shiyatillah”. Namun dalam ranah etika, kesopanan tidak mengenal pengkotak-kotakan. Bahkan sekat ideologi tidak mampu menghapus kewajiban hormat kepada orang tua, sebagaimana kisah Asma’, putri Abu Bakar as-Shidiq. Konon ibunya Asma’ adalah wanita musyrikah, pada saat istri Abu Bakar itu menjenguk putrinya, Asma’ bergegas meminta fatwa pada Rasul Saw. “Telah datang ke sini ibuku ya Rasul, padahal beliau amat benci agama Islam, apakah jalinan kekerabatanku dengan beliau tetap aku sambung?” Rasul menjawab, “Sambunglah iibumu.”
Melihat pendapat para ulama ”al- Akhlaqu muqaddamun ‘ala at-tha’at” mengesankan ada sebuah perbedaan secara mutlak antara kesopanan dan kepatuhan. Namun kalau ditilik kembali tentang definisi kesopanan di atas, akan ditemukan sekelumit kesinambungan di antara keduanya, yaitu kepatuhan merupakan salah satu manifestasi dari sebuah penghormatan. Dalam ranah akademisi kepesantrenan misalnya, sering kali didapati seorang murid lebih tua usianya dari usia gurunya. Akan tetapi sebab motivasi penghormatan kepada seorang ustadz, sang murid berkenan untuk melakukan segala perintahnaya, meski kadang kurang rasional.

Realita sosial
Ras, kekayaan, jabatan, kecantikan, intelektual dalam masyarakat dunia dijadikan sebagai tolak ukur kemuliaan seorang manusia. Sehingga menurut pandangan umum antara pejabat dengan masyarakat sipil, tentunya lebih mulia seorang pejabat, contoh lain, di Amerika kedudukan orang kulit putih dianggap lebih tinggi dari yang berkulit hitam dan sebagainya. Berbeda dengan pandangan Tuhan mengenai posisi seorang manusia, menurut pandangan Allah manusia yang paling mulia di sisinya adalah mereka yang paling takut pada-Nya, sebagai mana firman-Nya ”Innama akramakum ‘inda allahi atqakum”. Baginya tidak ada pengaruh antara si kaya dengan si miskin, cantik dengan jelek, pejabat dengan rakyat jelata. Bahkan Allah menagajarkan kepada kita untuk tetap hormat pada orang yang derajatnya lebih rendah dari kita, sebagaimana dalam cerita Adam dengan Iblis, saat itu Allah memerintahkan iblis untuk bersujud kepada Adam, “Wahai para malaikat bersujudlah kalian semua (termasuk iblis) pada adam, sebagai simbol penghormatan padanya”. Padahal menurut pandangan Iblis, dirinya lebih unggul dari pada Adam, sehingga ia pun menolak perintah Allah dengan mengatakan, “Tuhan, engkau menciptakan aku dari api sementara adam dari tanah (kenapa engkau suruh aku sujud padanya).”

Kesimpulan       
Secara umum sebuah penghormatan lebih mulia dari pada ketaatan, meskipun begitu banyak masyarakat kita belum dapat merealisasikan secara benar. Karena dari rasa hormat akan lahir jiwa patuh/taat. Walhasil, mari tumbuh-kembangkan rasa hormat baik kepada yang tua atau muda, seagama atau lain agama, sebagai pencitraan Islam yang rahmatan lil’alamin. Wallahu a’lam.

* Penulis adalah Siswa Kelas III Tsanawiyah MHM

Keseimbangan hidup

Pada jaman dahulu, ada seorang kaisar yang mengatakan kepada penunggang kudanya, apabila ia pergi mengendarai kudanya dan menjangkau wilayah sebanyak yang ia mampu, maka sang kaisar akan memberikan wilayah sebanyak yang ia jangkau. Tentu saja, sang penunggang kuda dengan cepat melompat naik ke atas kudanya dan secepat mungkin pergi untuk menjangkau wilayah sebanyak mungkin. Dia terus memacu dan memacu, mencambuk kudanya untuk pergi secepat mungkin. Ketika ia merasa lapar atau lelah, dia tidak berhenti karena dia ingin memperoleh wilayah sebanyak mungkin.

Pada akhirnya, ketika ia telah menjangkau wilayah yang cukup besar, ia kelelahan dan sekarat. Sang penunggang kuda lalu bertanya kepada dirinya sendiri, "Mengapa aku memaksa diriku begitu keras untuk menjangkau begitu banyak wilayah? Sekarang saya sekarat dan aku hanya memerlukan sebidang tanah yang sangat kecil untuk menguburkan diriku sendiri."

Kisah di atas sama dengan perjalanan hidup kita. Setiap hari kita memaksa diri kita dengan keras untuk menghasilkan lebih banyak uang, kekuasaan atau ketenaran. Kita mengabaikan kesehatan kita, waktu bersama keluarga, sahabat, lingkungan sekitar dan hobi yang kita sukai. Suatu hari, ketika kita melihat ke belakang, kita akan menyadari bahwa kita sebenarnya tidak membutuhkan uang, kekuasaan atau ketenaran sebanyak itu, namun kita tidak bisa mengembalikan waktu-waktu yang telah kita lewatkan.

Hidup ini bukan tentang menghasilkan uang, mendapatkan kekuasaan atau ketenaran.

Hidup ini jelas bukan tentang pekerjaan! Bekerja hanya diperlukan untuk membuat kita tetap bisa bertahan hidup sehingga kita bisa menikmati keindahan dan kebahagian dari kehidupan.

Hidup adalah keseimbangan antara bekerja dan beribadah, Keluarga, sahabat dan waktu pribadi.

Anda harus memutuskan bagaimana anda ingin menyeimbangkan hidup anda.

Tentukan dan atur prioritas hidup anda. Hidup ini rapuh, Hidup ini singkat. Jangan sia-siakan hidup anda, seimbangkan gaya hidup dan nikmatilah KEHIDUPAN.

Arti sabar

"Sabar itu ada batasnya.."
Ini pemahaman keliru yang sangat fatal. Dgn pemahaman seperti ini akan menyebabkan hati menjadi rapuh tdk tegar menerima ujian atau musibah dr Allah, yang akhirnya mengakibatkan batin mjd "merana". Banyak orang yang lepas kontrol dgn dalih "sabar itu ada batasnya".
Sesungguhnya sabar itu adlah perintah Allah, dgn demikian tdk akan ada batasnya. Ini sama saja halnya dgn sholat. Hanya bedanya, bl sholat dilaksanakan pd waktu-waktu tertentu (ada azannya) maka sabar itu harus dilakukan pd saat awal tertimpa musibah. Sedangkan musibah itu slm kita hidup tdk akan pernah berhenti.

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. 2:155)

Bahkan dlm hadits ditegaskan bhw musibah itu merupakan indikator kecintaan Allah pd manusia ("Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia tenggelamkan hamba tsb kedalam cobaan. Barang siapa yang tdk pernah mengalami musibah, maka ia jauh dr kasih sayang Allah."). Bukankah dgn musibah itu berarti Allah memberikan peluang kepada manusia untuk memperoleh pahala yang sangat dibutuhkan dlm "kehidupan abadi" nanti ?

Sabar itu tdk hanya dilakukan pd waktu tertimpa kesusahan saja, tetapi harus dìlakukan jg pd waktu diberikan kesenangan. Karena ujian Allah itu tdk hanya terdapat dalam kesusahan saja, tetapi trdpt jg dalam kesenangan [Al-Anbiya' : 35, Al-A'raaf : 168].
Kebanyakan orang justru lalai menjalankan sabar bila diberi kesenangan.
Renungkan pula firman-firman Allah sbb :

...dan bersabarlah thd apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah. (Luqman (31):17)
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya. Ar-Ra'd (13):22
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sbg penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Al-Baqarah (2):153

"Bahan Renungan Kalbu".

Mulailah membentuk dari diri sendiri

Untuk membentuk bibir yang menawan, ucapkanlah dengan kata-kata kebaikan. Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan setiap orang yang anda jumpai. Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, bagikanlah makanan dengan mereka yang kelaparan. Untuk mendapatkan rambut yang indah, mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari. Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian.

Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain. Perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni. Jadi jangan pernah kecilkan seseorang dari hati anda. Apabila anda sudah melakukan semuanya itu, ingatlah senantiasa. Jika suatu ketika anda memerlukan pertolongan, akan senantiasa ada tangan terulur. Dan dengan bertambahnya usia anda, anda semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, satu untuk menolong diri anda sendiri dan satu lagi untuk menolong orang lain.

Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakan, bukan pada bentuk tubuh, atau cara dia menyisir rambutnya. Kecantikan wanita terdapat pada mata, dan cara dia memandang dunia. Karena dimatanya terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, dimana cinta dapat berkembang.

Kecantikan wanita bukan terletak pada kehalusan wajah. Tetapi pada kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta dia berikan. Dan kecantikan itu akan tetap tumbuh sepanjang waktu.


Berkacalah Pada Diri Sendiri

Ketika dua cermin yang saling berhadapan, muncul pantulan yang tak terhingga. Begitulah bila anda mau bercermin pada diri sendiri. Akan anda temukan bayangan yang tak terhingga. Bayangan itu adalah kemampuan yang luar biasa; ketakterbatasan yang memberi kekuatan untuk menembus batas rintangan diri. Berkacalah pada diri sendiri, dan temukan kekuatan itu.

Singkirkan cermin diri orang lain. Di sana hanya terlihat kekurangan dan kelemahan anda yang akan memupuk ketidakpuasan saja. Dan ini akan menjerumuskan anda ke dalam jurang kekecewaan.

Anda bukan orang lain. Andalah yang memiliki jalan keberhasilan sendiri. Mulailah hari ini degan menatap wajah anda. Carilah bayangan yang tak terhingga itu. Di sana ada kekuatan yang akan membawa anda ke puncak keberhasilan.

Cara Alam Menghibur Kita


Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah anda?

Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah. Sebalkah anda?

Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?

Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, meski secara kecut…

dari milis motivasi

HIKMAH

Suatu hari seorang Murid bertanya kepada Gurunya, “Guru, saya pernah mendengar kisah seorang arif yang pergi jauh dengan berjalan kaki. Cuma yang aneh, setiap ada jalan yang menurun, sang arif konon agak murung. Tetapi kalau jalan sedang mendaki ia tersenyum. Hikmah apakah yang bisa saya petik dari kisah ini?”

“Itu perlambang manusia yang telah matang dalam meresapi asam garam kehidupan”, jelas sang Guru. “Itu perlu kita jadikan cermin. Ketika bernasib baik, sesekali perlu kita sadari bahwa suatu ketika kita akan mengalami nasib buruk yang tidak kita harapkan. Dengan demikian kita tidak terlalu bergembira sampai lupa bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Ketika nasib sedang buruk, kita memandang masa depan dengan tersenyum optimis. Optimis saja tidak cukup, kita harus mengimbangi optimisme itu dengan sabar dan kerja keras.”

“Apa alasan saya untuk optimis, sedang saya sadar nasib saya sedang jatuh dan berada di bawah,” sang Murid kembali bertanya.

“Alasannya adalah iman, karena kita yakin akan pertolongan Sang Maha Pencipta”, terang sang Guru.

“Hikmah selanjutnya?”, meneruskan tanyanya.

“Orang yang terkenal satu ketika harus siap untuk dilupakan, orang yang di atas harus siap mental untuk turun ke bawah. Orang kaya satu ketika harus siap untuk miskin,” sang Guru mengakhiri jawabannya.

BIARKAN INDAH PADA WAKTUNYA

Aku meminta pada Tuhan setangkai bunga segar, namun Ia memberi aku kaktus berduri. Aku meminta pada Tuhan binatang mungil nan cantik, namun Ia memberi aku ulat berbulu. Aku sedih dan kecewa, mengapa pemberian Tuhan tidak sesuai dengan permintaanku. Mungkin Tuhan mempunyai umat yang terlalu banyak untuk diurus.

Namun beberapa waktu kemudian kaktus itu berbunga sangat indah dan ulatpun tumbuh dan berubah menjadi sekor kupu-kupu yang sangat cantik.

Tuhan selalu melakukan segala perkara dengan benar. Cara Tuhan adalah cara yang terbaik, walaupun kelihatannya salah. Jika anda meminta sesuatu namun menerima yang lain dari Tuhan, percayalah. Pasti Tuhan memberikan apa yang kita minta pada waktunya. Tuhan tidak selalu memberi apa yang kita minta tapi Ia memberi apa yang kita perlukan. Seperti itulah jalan Tuhan, Ia merajut hal yang terbaik untuk kita, segala sesuatu indah pada waktunya.

Bisa jadi.. Duri hari ini adalah bunga hari esok…


Essalavy Country